Pengertian Resistor, Jenis dan Fungsi Resistor (LENGKAP)
Resistor
Pengertian Resistor
Resistor adalah komponen dasar elektronika yang umumnya digunakan pada rangkaian elektronika ataupun rangkaian listrik lainnya dengan fungsi utama yaitu menghambat/membatasi jumlah arus input atau arus yang mengalir masuk ke dalam satu rangkaian, dimana kemampuan resistor dalam membatasi arus masuk sesuai dengan spesifikasi resistor tersebut. Sesuai dengan namanya resistor bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan karbon.
Dari hukum Ohms diketahui, resistansi berbanding terbalik dengan jumlah arus yang mengalir melaluinya. Satuan untuk resistansi pada resistor disebut Ohm dengan simbol Ω (Omega).
Umumnya berbagai jenis pada resistor dibuat dari bahan dan sifat atau karakteristik yang berbeda., disamping itu spesifikasi lain yang perlu diperhatikan ketika memilih sebuah resistor pada suatu rancangan adalah besaran watt-nya.
Karena resistor bekerja dengan konsep dialiri arus listrik, maka akan terjadi suatu kondisi yang disebut disipasi daya yaitu berupa panas sebesar W=I2R.
Semakin besar fisik atau ukuran dari suatu resistor, maka hal ini akan berbanding lurus dengan semakin besar kemampuan disipasi daya resistor tersebut.
Resistor yang ada dipasaran tersedia dengan ukuran 1/8, 1/4, 1, 2, 5, 10 dan 20 watt, dimana resistor yang memiliki disipasi daya dari 5, 10 hingga 20 watt.
Tetapi umumnya untuk jenis resistor yang berukuran lebih besar (jumbo) nilai resistansi dicetak langsung dibadannya sehingga dapat terlihat, misalnya 100Ω 5W.
Resistor umumnya memiliki bentuk kubik memanjang persegi empat yang memiliki warna dasar putih, meskipun juga terdapat bentuk lain seperti silinder.
Simbol Skematis resistor terbagi dua versi, yaitu versi US dan Versi Eropa, meskipun terdapat perbedaan simbol resistor tapi kalian bebas untuk memilih. Meskipun bebas untuk memilih simbol resistor yang ingin digunakan, tapi perlu di ingat kalian tidak boleh mencampur atau menggunakan dua simbol tersebut dalam satu rangkaian.
Berikut perbedaan simbolnya
Resistor dapat dibuat dari sejumlah bahan yang berbeda, perbedaan bahan resistansi pada resistor akan menentukan kualitas dari resistor tersebut.
Berikut ini beberapa bahan yang paling umum digunakan dalam pembuatan resistor
Memiliki daya rendah hingga menengah, toleransi dan satbilitas yang dihasilkan dari resistor komposis karbon relatif buruk, disamping itu juga menghasilkan lebih banyak noise dibanding tipe resistor lainnya.
Memiliki daya rendah, toleransi serta stabilitas yang dihasilkan lumayan bagus, serta tidak menghasilkan banyak noise.
Memiliki daya rendah hingga menengah, toleransi serta stabilitas yang dihasilkan dari ressitor jenis ini sangat baik, disamping itu hampir tidak ada noise yang dihasilkan.
Memiliki daya tinggi hingga sangat tinggi, toleransi yang dihasilkan sangat baik serta stabilitas yang juga baik, disamping itu hampir tidak ada noise yang dihasilkan.
Berdasarkan jenis dan bahan yang digunakan untuk membuat resistor dibedakan menjadi resistor kawat, resistor arang dan resistor oksida logam.
Sedangkan resistor arang dan resistor oksida logam berdasarkan susunan yang dikenal resistor komposisi dan resistor film.
Namun demikian, secara umum jenis - jenis resistor yang ada dipasaran lebih dikenal sebagai resistor tetap (fixed resistor) dan resistor variabel (variabel resistor).
Resistor tetap merupakan jenis resistor yang nilainya sudah tertulis pada badan resistor dengan
menggunakan kode warna ataupun angka. Resistor ini banyak digunakan
sebagai penghambat arus listrik secara permanen.
Untuk jenis resistor tetap, salah satu cirinya yang dapat kalian ingat adalah nilai dari resistansinya yang tidak dapat berubah karena dalam proses pembuatannya telah ditentukan nilai tetap dari resistor tersebut.
Tetapi umumnya resistor jenis ini cukup menganggu karena menimbulkan noise dan kurang stabil ketika panas, namum resistor komposisi karbon merupakan jenis resistor yang tergolong murah dipasaran dan umumnya dipergunakan dalam suatu rangkaian listrik.
Resistor komposisi umumnya diberi awalan "CR" pada penulisannya, contoh CR10k Ω dan tersedia dalam kemasan E6 ( ± 20% toleransi), E12 ( ± 10% toleransi) dan E24 ( ± 5% toleransi) dengan daya 0.125 atau 1/4 Watt sampai 5 Watt. Karena memiliki nilai toleransi yang cukup besar sehingga kurang presisi (akurat) dalam penggunaanya.
B. Resistor Film
Berdasarkan bahan pembuatannya jenis resistor film terbagi 3 yaitu resistor film metal, resistor film karbon, resistor film oxide. Jenis resistor film umumnya dibuat dengan memasukkan logam murni, seperti nikel atau sebuah film oxide seperti tin-oxide yang dimasukkan kedalam keramik batang.
Pada prinsipnya semakin besar campuran bahan karbonnya yang terdapat pada resistor maka semakin kecil nilai resistansi yang didapatkan.
Nilai resistansi resistor film karbon yang umumnya terdapat di pasaran berkisar diantara 1 Ω hingga 10M Ω dengan nilai daya berkisar 1/6 W sampai 5 W.
Karena rendahnya kepekaan terhadap suhu, resistor film karbon dapat bekerja dengan baik di suhu yang berkisar antara -55°C hingga 155°C.
Jenis Resistor jenis film metal memiliki kestabilan suhu yang lebih baik dibanding film karbon, tidak mudah noise serta memiliki frekuensi yang lebih baik atau diaplikasikan dalam frekuensi radio.
Metal Film Resistor adalah jenis Resistor yang dilapisi dengan Film logam yang tipis ke Subtrat Keramik dan dipotong berbentuk spiral.
Nilai Resistansinya dipengaruhi oleh panjang, lebar dan ketebalan spiral logam. Adapun resistor film oxide memilki kualitas yang lebih baik dibandingkan resistor film metal.
Resistor film metal umumnya ditulis dengan awalan "MFR" contohnya MFR100k Ω dan "CF" untuk resistor film karbon.
Resistor film metal tersedia dalam beberapa tipe kemasan seperti E24 (±5% dan ±2% toleransi), E96 (±1% toleransi) and E192 (±0.5%, ±0.25% & ±0.1% toleransi) dengan daya 0.05 (1/20th) Watt sampai 1/2 Watt.
C. Resistor Kawat (Wirewound Resistor)
Satu lagi tipe jenis resistor tetap yaitu resistor kawat, jenis resistor ini dibuat dengan cara melilitkan kawat kedalam keramik lalu membungkusnya dengan bahan isolator.
Bentuk fisik dari resistor ini cukup bervariasi dan memiliki ukuran yang relatif besar.
Karena jenis resistor kawat umumnya memiliki besaran resistansi yang tergolong tinggi dan tahan terhadap temperatur tinggi, resistor ini hanya digunakan pada rangkaian power.
Resistor kawat umumnya ditulis dengan awalan "WH" atau "W" contohnya (WH10 Ω) dan tersedia dalam kemasan WH aluminium (±1%, ±2%, ±5% & ±10% toleransi) atau W yang ditutupi enamel (seperti kaca) memiliki (±1%, ±2% & ±5% toleransi) dengan daya dari 1W to 300W atau lebih.
Adapun tipe resistor variabel atau disebut juga resistor tidak tetap merupakan jenis resistor yang nilai resistansi tahananya dapat berubah dan diatur sesuai dengan yang diinginan. Adapun untuk jenis resistor variabel dibago menjadi 3 yaitu Potensiometer, Rheostat dan Trimpot.
A. Potensiometer
Potensiometer merupakan jenis variable resistor yang paling sering digunakan. Potensiometer merupakan jenis Variable Resistor yang nilai resistansinya dapat berubah-ubah dengan cara memutar porosnya melalui sebuah Tuas yang terdapat pada kepala Potensiometer.
Nilai Resistansi Potensiometer biasanya tertulis di badan Potensiometer dalam bentuk kode angka.
Pada umumnya, perubahan resistansi pada potensiometer terbagi menjadi 2, yakni linier dan logaritmik. Yang dimaksud dengan perubahan secara linier adalah perubahan nilai resistansinya berbanding lurus dengan arah putaran pengaturnya.
Sedangkan, yang dimaksud dengan perubahan secara logaritmik adalah perubahan nilai resistansinya yang didasarkan pada perhitungan logaritmik.
Untuk membedakan potensiometer linier dan logaritmik cukup melihat kode huruf yang mana huruf A menandakan potensiometer linier sedangkan huruf B menandakan potensiometer logaritmik.
B. Rheostat
Rheostat merupakan jenis jenis Variable Resistor yang dapat beroperasi pada Tegangan dan Arus yang tinggi. Rheostat terbuat dari lilitan kawat resistif dan pengaturan Nilai Resistansi dilakukan dengan penyapu yang bergerak pada bagian atas Toroid.
C. Preset Resistor (Trimpot)
Preset Resistor atau sering juga disebut dengan Trimpot (Trimmer Potensiometer) adalah jenis Variable Resistor yang berfungsi seperti Potensiometer tetapi memiliki ukuran yang lebih kecil dan tidak memiliki Tuas.
Untuk mengatur nilai resistansinya, dibutuhkan alat bantu seperti Obeng kecil untuk dapat memutar porosnya.
Sifat dan fisik trimpot sebenarnya sama dengan potensiometer yag membedakan ukuran trimpot jauh lebih kecil. Perubahan nilai resistansinya juga dibagi menjadi 2, yakni linier dan logaritmik yang mana huruf A trimpot linier dan huruf B trimpot logaritmik.
C. Thermistor (Thermal Resistor)
Thermistor adalah jenis resistor yang nilai resistansinya dapat berubah karena dipengaruhi oleh suhu (Temperature). Thermistor merupakan Singkatan dari “Thermal Resistor”.
Terdapat dua jenis Thermistor yaitu Thermistor NTC (Negative Temperature Coefficient) dan Thermistor PTC (Positive Temperature Coefficient).
Bentuk dan Simbol Thermistor :
LDR atau Light Dependent Resistor adalah jenis Resistor yang nilai Resistansinya dapat berubah karena dipengaruhi oleh intensitas Cahaya yang diterimanya.
Berikut ini beberapa fungsi resistor pada rangkaian elektronik
1. Resistor mengatur nilai tegangan yang sesuai di atasnya karena jatuh tegangan IR
2. Resistor memainkan peran penting dalam membatasi jumlah arus pada sirkuit elektronik
3. Resistor memberikan tegangan bias yang sesuai ke perangkat aktif.
Cara Mengukur resistor ada tiga yaitu
Tidak setiap resistor cukup besar untuk dibaca atau diukur hanya dengan menggunakan dengan kode warna, dari keterbatasan inilah maka digunakan kode SMD (Surface Mount Devices). Untuk mengkompensasi ruang yang lebih kecil, resistor SMD diberi kode berbasis numerik yang tertulis jelas di badan resistor.
Jika kamu perhatikan papan sirkuit modern saat ini, terlihat bahwa resistor SMD hampir semuanya berukuran sama. Hal ini berguna untuk membantu menstandarisasi proses pembuatan dengan mesin pick-and-place, perhatikan gambar dibawah menjelaskan bagaimana perhitungan resistor SMD
Menggunakan Multimeter Analog
1. Pastikan Alat multimeter analog sudah dikalibrasi terlebih dahulu
2. Perhatikan perkiraan nilai hambatan resistor yang akan diukur berdasarkan kode warnanya, apakah 1 ohm, 5 ohm, atau 22K Ohm
3. Putarlah selektor pada multimeter dengan posisi sebagai berikut, R (Ω) x1, R (Ω) x10, atau R (Ω) x1K hal ini tergantung dari perkiraan nilai hambatan resistor yang akan diukur. Sebagai contoh, Apabila kita ingin mengukur resistor yang mana perkiraan nilai hambatan resistor yaitu 100 ohm, maka putar selektor pada R (Ω) x1 atau R (Ω) x10.
4. Selanjutnya hubungkan probe multimeter pada masing-masing ujung resistor
5. Apabila probe telah dihubungkan ke masing-masing ujung resistor, maka jarum multimeter akan mulai bergerak mengukur nilai hambatan resistor. Apabila jarum multimeter tidak bergerak maka kemungkinan besar resistor mengalami kerusakan
Menggunakan Multimeter Digital
Mengukur resistor menggunakan multimeter jauh lebih simpel dibanding analog, dimana hasil dari pengukuran langsung ditampilkan dalam bentuk angka/digit. Langkah-langkahnya sama saja seperti menggunaka multimeter analog
Karena resistor bekerja dengan konsep dialiri arus listrik, maka akan terjadi suatu kondisi yang disebut disipasi daya yaitu berupa panas sebesar W=I2R.
Semakin besar fisik atau ukuran dari suatu resistor, maka hal ini akan berbanding lurus dengan semakin besar kemampuan disipasi daya resistor tersebut.
Resistor yang ada dipasaran tersedia dengan ukuran 1/8, 1/4, 1, 2, 5, 10 dan 20 watt, dimana resistor yang memiliki disipasi daya dari 5, 10 hingga 20 watt.
Tetapi umumnya untuk jenis resistor yang berukuran lebih besar (jumbo) nilai resistansi dicetak langsung dibadannya sehingga dapat terlihat, misalnya 100Ω 5W.
Resistor umumnya memiliki bentuk kubik memanjang persegi empat yang memiliki warna dasar putih, meskipun juga terdapat bentuk lain seperti silinder.
Simbol Resistor
Simbol Skematis resistor terbagi dua versi, yaitu versi US dan Versi Eropa, meskipun terdapat perbedaan simbol resistor tapi kalian bebas untuk memilih. Meskipun bebas untuk memilih simbol resistor yang ingin digunakan, tapi perlu di ingat kalian tidak boleh mencampur atau menggunakan dua simbol tersebut dalam satu rangkaian.
Berikut perbedaan simbolnya
Bahan Resistansi Pada Resistor
Resistor dapat dibuat dari sejumlah bahan yang berbeda, perbedaan bahan resistansi pada resistor akan menentukan kualitas dari resistor tersebut.
Berikut ini beberapa bahan yang paling umum digunakan dalam pembuatan resistor
1. Komposisi Karbon
Memiliki daya rendah hingga menengah, toleransi dan satbilitas yang dihasilkan dari resistor komposis karbon relatif buruk, disamping itu juga menghasilkan lebih banyak noise dibanding tipe resistor lainnya.
2. Film Karbon
Memiliki daya rendah, toleransi serta stabilitas yang dihasilkan lumayan bagus, serta tidak menghasilkan banyak noise.
3. Film Metal
Memiliki daya rendah hingga menengah, toleransi serta stabilitas yang dihasilkan dari ressitor jenis ini sangat baik, disamping itu hampir tidak ada noise yang dihasilkan.
4. Gulungan Kawat
Memiliki daya tinggi hingga sangat tinggi, toleransi yang dihasilkan sangat baik serta stabilitas yang juga baik, disamping itu hampir tidak ada noise yang dihasilkan.
Jenis - Jenis Resistor
Berdasarkan jenis dan bahan yang digunakan untuk membuat resistor dibedakan menjadi resistor kawat, resistor arang dan resistor oksida logam.
Sedangkan resistor arang dan resistor oksida logam berdasarkan susunan yang dikenal resistor komposisi dan resistor film.
Namun demikian, secara umum jenis - jenis resistor yang ada dipasaran lebih dikenal sebagai resistor tetap (fixed resistor) dan resistor variabel (variabel resistor).
1. Jenis Resistor Tetap ( Fixed Resistor)
Untuk jenis resistor tetap, salah satu cirinya yang dapat kalian ingat adalah nilai dari resistansinya yang tidak dapat berubah karena dalam proses pembuatannya telah ditentukan nilai tetap dari resistor tersebut.
Jenis-Jenis Resistor Tetap (Fixed Resistor)
A. Resistor Komposisi Karbon (Carbon Composition Resistor)
Adapun jenis resistor komposisi karbon dibuat dari campuran karbon atau grafit dengan bahan isolasi yang berfungsi untuk membungkusnya.
Resistor komposisi karbon merupakan resistor tipe rendah dikarenakan memiliki induktansi yang rendah sehingga sangat ideal dipergunakan dalam frekuensi tinggi.
Resistor komposisi umumnya diberi awalan "CR" pada penulisannya, contoh CR10k Ω dan tersedia dalam kemasan E6 ( ± 20% toleransi), E12 ( ± 10% toleransi) dan E24 ( ± 5% toleransi) dengan daya 0.125 atau 1/4 Watt sampai 5 Watt. Karena memiliki nilai toleransi yang cukup besar sehingga kurang presisi (akurat) dalam penggunaanya.
B. Resistor Film
Berdasarkan bahan pembuatannya jenis resistor film terbagi 3 yaitu resistor film metal, resistor film karbon, resistor film oxide. Jenis resistor film umumnya dibuat dengan memasukkan logam murni, seperti nikel atau sebuah film oxide seperti tin-oxide yang dimasukkan kedalam keramik batang.
- Resistor Film Karbon
Pada prinsipnya semakin besar campuran bahan karbonnya yang terdapat pada resistor maka semakin kecil nilai resistansi yang didapatkan.
Nilai resistansi resistor film karbon yang umumnya terdapat di pasaran berkisar diantara 1 Ω hingga 10M Ω dengan nilai daya berkisar 1/6 W sampai 5 W.
Karena rendahnya kepekaan terhadap suhu, resistor film karbon dapat bekerja dengan baik di suhu yang berkisar antara -55°C hingga 155°C.
- Resistor Film Metal
Jenis Resistor jenis film metal memiliki kestabilan suhu yang lebih baik dibanding film karbon, tidak mudah noise serta memiliki frekuensi yang lebih baik atau diaplikasikan dalam frekuensi radio.
Metal Film Resistor adalah jenis Resistor yang dilapisi dengan Film logam yang tipis ke Subtrat Keramik dan dipotong berbentuk spiral.
Nilai Resistansinya dipengaruhi oleh panjang, lebar dan ketebalan spiral logam. Adapun resistor film oxide memilki kualitas yang lebih baik dibandingkan resistor film metal.
Resistor film metal tersedia dalam beberapa tipe kemasan seperti E24 (±5% dan ±2% toleransi), E96 (±1% toleransi) and E192 (±0.5%, ±0.25% & ±0.1% toleransi) dengan daya 0.05 (1/20th) Watt sampai 1/2 Watt.
C. Resistor Kawat (Wirewound Resistor)
Satu lagi tipe jenis resistor tetap yaitu resistor kawat, jenis resistor ini dibuat dengan cara melilitkan kawat kedalam keramik lalu membungkusnya dengan bahan isolator.
Bentuk fisik dari resistor ini cukup bervariasi dan memiliki ukuran yang relatif besar.
Karena jenis resistor kawat umumnya memiliki besaran resistansi yang tergolong tinggi dan tahan terhadap temperatur tinggi, resistor ini hanya digunakan pada rangkaian power.
2. Jenis Resistor Variabel
Adapun tipe resistor variabel atau disebut juga resistor tidak tetap merupakan jenis resistor yang nilai resistansi tahananya dapat berubah dan diatur sesuai dengan yang diinginan. Adapun untuk jenis resistor variabel dibago menjadi 3 yaitu Potensiometer, Rheostat dan Trimpot.
Potensiometer merupakan jenis variable resistor yang paling sering digunakan. Potensiometer merupakan jenis Variable Resistor yang nilai resistansinya dapat berubah-ubah dengan cara memutar porosnya melalui sebuah Tuas yang terdapat pada kepala Potensiometer.
Nilai Resistansi Potensiometer biasanya tertulis di badan Potensiometer dalam bentuk kode angka.
Pada umumnya, perubahan resistansi pada potensiometer terbagi menjadi 2, yakni linier dan logaritmik. Yang dimaksud dengan perubahan secara linier adalah perubahan nilai resistansinya berbanding lurus dengan arah putaran pengaturnya.
Sedangkan, yang dimaksud dengan perubahan secara logaritmik adalah perubahan nilai resistansinya yang didasarkan pada perhitungan logaritmik.
Untuk membedakan potensiometer linier dan logaritmik cukup melihat kode huruf yang mana huruf A menandakan potensiometer linier sedangkan huruf B menandakan potensiometer logaritmik.
B. Rheostat
Rheostat merupakan jenis jenis Variable Resistor yang dapat beroperasi pada Tegangan dan Arus yang tinggi. Rheostat terbuat dari lilitan kawat resistif dan pengaturan Nilai Resistansi dilakukan dengan penyapu yang bergerak pada bagian atas Toroid.
C. Preset Resistor (Trimpot)
Preset Resistor atau sering juga disebut dengan Trimpot (Trimmer Potensiometer) adalah jenis Variable Resistor yang berfungsi seperti Potensiometer tetapi memiliki ukuran yang lebih kecil dan tidak memiliki Tuas.
Untuk mengatur nilai resistansinya, dibutuhkan alat bantu seperti Obeng kecil untuk dapat memutar porosnya.
Sifat dan fisik trimpot sebenarnya sama dengan potensiometer yag membedakan ukuran trimpot jauh lebih kecil. Perubahan nilai resistansinya juga dibagi menjadi 2, yakni linier dan logaritmik yang mana huruf A trimpot linier dan huruf B trimpot logaritmik.
C. Thermistor (Thermal Resistor)
Thermistor adalah jenis resistor yang nilai resistansinya dapat berubah karena dipengaruhi oleh suhu (Temperature). Thermistor merupakan Singkatan dari “Thermal Resistor”.
Terdapat dua jenis Thermistor yaitu Thermistor NTC (Negative Temperature Coefficient) dan Thermistor PTC (Positive Temperature Coefficient).
Bentuk dan Simbol Thermistor :
D. LDR (Light Dependent Resistor)
LDR atau Light Dependent Resistor adalah jenis Resistor yang nilai Resistansinya dapat berubah karena dipengaruhi oleh intensitas Cahaya yang diterimanya.
Bentuk dan Simbol jenis LDR :
Fungsi Resistor
Berikut ini beberapa fungsi resistor pada rangkaian elektronik
1. Resistor mengatur nilai tegangan yang sesuai di atasnya karena jatuh tegangan IR
2. Resistor memainkan peran penting dalam membatasi jumlah arus pada sirkuit elektronik
3. Resistor memberikan tegangan bias yang sesuai ke perangkat aktif.
4. Resistor mengatur arus di setiap sirkuit elektronik.
5. Resistor berfungsi sebagai beban di mana outputnya sebagai arus input
6. Resistor memberikan stabilisasi bias ketika dikombinasi dengan kapasitor
7. Resistor dapat memberikan umpan balik (feedback) pada berbagai sirkuit elektronik.
Cara Mengukur Resistor
Cara Mengukur resistor ada tiga yaitu
- Membaca Kode Warna Resistor
- Membaca Resistor SMD
- Menggunakan Multimeter Analog/Digital
Berikut ini akan kami jelas cara mengukur resistor berdasarkan tiga cara diatas
Membaca Kode Warna Resistor
Cara membaca kode warna resistor ditemukan pada tahun 1920-an, nilai resistansi serta toleransi pada resistor ditampilkan berdasarakan deretan pita berwarna yang dilukis pada badan resistor.
Sebagian besar resistor yang kamu lihat akan memiliki empat pita berwarna . Begini cara mereka membacanya :
- Dua pita pertama menentukan nilai dari resistansi.
- Pita ketiga menentukan faktor pengali, yang akan memberikan nilai resistansi.
- Dan terakhir, pita keempat menentukan nilai toleransi.
Untuk lebih jelasnya kamu bisa baca artikel dibawah ini yang membahas secara lengkap bagaimana cara membaca kode warna resistor
Baca Juga : Cara Membaca Kode Warna Resistor
Membaca Kode Resistor SMD
Tidak setiap resistor cukup besar untuk dibaca atau diukur hanya dengan menggunakan dengan kode warna, dari keterbatasan inilah maka digunakan kode SMD (Surface Mount Devices). Untuk mengkompensasi ruang yang lebih kecil, resistor SMD diberi kode berbasis numerik yang tertulis jelas di badan resistor.
Jika kamu perhatikan papan sirkuit modern saat ini, terlihat bahwa resistor SMD hampir semuanya berukuran sama. Hal ini berguna untuk membantu menstandarisasi proses pembuatan dengan mesin pick-and-place, perhatikan gambar dibawah menjelaskan bagaimana perhitungan resistor SMD
Mengukur Resistor Menggunkan Multimeter Analog/Digital
Menggunakan Multimeter Analog
1. Pastikan Alat multimeter analog sudah dikalibrasi terlebih dahulu
2. Perhatikan perkiraan nilai hambatan resistor yang akan diukur berdasarkan kode warnanya, apakah 1 ohm, 5 ohm, atau 22K Ohm
3. Putarlah selektor pada multimeter dengan posisi sebagai berikut, R (Ω) x1, R (Ω) x10, atau R (Ω) x1K hal ini tergantung dari perkiraan nilai hambatan resistor yang akan diukur. Sebagai contoh, Apabila kita ingin mengukur resistor yang mana perkiraan nilai hambatan resistor yaitu 100 ohm, maka putar selektor pada R (Ω) x1 atau R (Ω) x10.
4. Selanjutnya hubungkan probe multimeter pada masing-masing ujung resistor
5. Apabila probe telah dihubungkan ke masing-masing ujung resistor, maka jarum multimeter akan mulai bergerak mengukur nilai hambatan resistor. Apabila jarum multimeter tidak bergerak maka kemungkinan besar resistor mengalami kerusakan
Menggunakan Multimeter Digital
Mengukur resistor menggunakan multimeter jauh lebih simpel dibanding analog, dimana hasil dari pengukuran langsung ditampilkan dalam bentuk angka/digit. Langkah-langkahnya sama saja seperti menggunaka multimeter analog